Wednesday, July 3, 2013

Nothing

Do you know? I feel nothing on you.
In my family, i feel so bad.
In front of my friends, i feel stupid.
Especially being in this world, i feel worthless.
That's true? I think so.

Thursday, June 13, 2013

Cerpen

by: Dyan Merita Rahmawati

"KETIKA KEBAHAGIAAN ITU HARUS BERAKHIR"

“Ayah, ibu mana?” , “Ayah, mengapa aku tidak pernah melihat ibu?” tanyaku tanpa jabawan dari Ayah. Saat aku berusia 7 tahun  aku selalu bertanya kepada Ayah tentang ibu. Pernah sesekali Ayah marah karna aku terus bertanya tentang Ibu, semenjak itu aku tidak berani lagi untuk menanyakan Ibu kepada Ayah.
Oh iya, kenalkan namaku Kikan. Aku dilahirkan normal pada tanggal 29 Maret 1997. Rambutku bergelombang seperti ombak dan berwarna hitam ke cokelatan, mataku yang agak sipit, dan kulitku yang putih itu semua sangat mirip dengan Ibu. Namaku diambil dari nama panjang Ibu, Ibuku bernama Kikan Purnama. Aku tidak tau, mengapa Ayah memberikanku nama yang sama dengan Ibu. Sampai aku duduk dibangku Sekolah Menengah Atas aku tidak pernah tau tentang Ibuku.
Usiaku sudah semakin menambah sekarang aku berumur 12 tahun, sedikit demi sedikit aku sudah tumbuh dewasa. Berarti aku sudah mengerti tentang hal yang dulu tidak kuketahui. Aku tidak mengerti kenapa Ayah selalu terlihat seperti menyembunyikan sesuatu dariku. Aku mencoba diam dan mencari tahu sebenarnya apa yang terjadi. Aku tahu kenapa Ayah selalu diam saat aku bertanya tentang ibu, mungkin Ayah takut aku sedih kalau aku tidak seperti anak yang lain. Anak yang selalu diantar jemput ibunya untuk berangkat sekolah, yang selalu bercanda ria dengan ibunya saat ada waktu luang sepulang sekolah. Tapi aku? Aku selalu diantar jemput oleh mba Imah, ia adalah orang yang membantu membersihkan rumah ini, ia bekerja disini sejak 10 tahun yang lalu.
Senin pagi, tepat jam setengah 7 aku harus bergegas kesekolah. Yaaa seperti biasa, aku diantar oleh mba Imah. Saat itu aku sudah duduk di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Setiap aku berangkat sekolah pasti Ayah sudah tidak ada di kamarnya karna Ayah harus berangkat kerja jam 5 pagi, dan aku selalu bangun setelah ia sudah ke kantor. Menurutku itu hal biasa, karna sudah sekian lama ini hidupku selalu sama. Sangat datar.
Sampai disekolah aku langsung ditinggal oleh mba Imah, karna katanya ia harus membersihkan rumah. Jam 12 siang semua pelajaranku sudah berakhir. “Kringggg-kringgg” bel manandakan waktu belajar telah usai. Aku sudah dijemput mba Imah didepan pintu gerbang sekolah. Dengan berlari aku menghampiri ia disana.
“Mba Imah, hari ini masak apa?” tanyaku dengan ceria.
“Mba Imah masak sayur sop kesukaan Non Kinan.”Jawabnya halus.
Sesampainya dirumah, aku harus mengganti pakaianku dan aku langsung turun kebawah untuk makan siang. Aku bertanya kepada mba Imah, “Mba, Ayah belum pulang?” Mba Imah bilang Ayah telah berpesan padanya, katanya hari ini ia pulang larut malam. “Bukannya Ayah selalu pulang larut malam?” pikirku bingung.
Ayah selalu pulang larut malam, bukan berarti Ayahku bekerja yang tidak halal. Tetapi, Ayah adalah seorang manager di suatu perusahaan terkenal di Jakarta yang bernama “Bank Indonesia.” Ayah memang sering pulang malam, aku tau tugas Ayah dikantor menumpuk, aku selalu melihat ruang kerja Ayah dirumah. Dalam hati aku bicara, “Woww, Ayahku  hebat ya!” Terlintas dipikiranku, aku ingin menanyakan lagi tentang Ibu. Aku ingin bertanya sama mba Imah tapi aku takut mba Imah bilang kepada Ayah kalau aku menanyakan tentang Ibu lagi. Sudahlah menurutku Ayah yang paling tepat untuk aku menanyakan tentang Ibu.
***
2 tahun berlalu. Hari ini adalah tanggal merah, pastinya Ayah ada dirumah. Sore ini, aku melihat Ayah sedang duduk sendirian ditaman.
“Ayaahhh!!” teriakku padanya dan duduk disampingnya. “Ada apa sayang?” tanyanya lembut. “Nggak kok Ayah, aku cuma ingin menanyakan sesuatu kepada Ayah. Tapi Ayah harus janji, kali ini Ayah dengerin dulu cerita Kikan.” Saat itu aku mulai menanyakan ibu, mungkin sudah saatnya. Ayah pun mau menceritakan kisah ibu yang sebenarnya.
“Ibu sudah meninggal.” Katanya dengan mata yang berkaca-kaca. Aku sangat kaget mendengar itu, Ayah bilang Ibu meninggal pada saat ia memperjuangkan hidupnya untukku. Aku menangis, aku marah sama Ayah. Kenapa Ayah baru kasih tau aku kalau Ibu sudah tidak ada. Karna selama ini aku belum pernah melihat Ibu, kukira ia bekerja diluar Negeri seperti orang lain yang pulang ke Tanah Airnya hanya bisa 1x dalam 10 tahun, dan ternyata tidak. “Ibu telah berpesan kepada Ayah, kalau kamu sudah lahir dan Ibu sudah tidak ada lagi. Ayah harus merahasiakan keberadaan Ibumu nak, karna Ibu dan Ayah tidak mau kamu sedih karna kehilangan Ibumu.” Kata itu yang menyentuh hatiku, dengan tidak pernah bertemu Ibu aku sudah bisa merasakan betapa mulia nya hati Ibu. Perlahan aku memeluk Ayah untuk meredamkan rasa sakit hatiku. Sambil menangis di bahunya yang kukuh aku meminta maaf kepada Ayah karna aku sudah ngomong lancang didepannya, dan Ayah membisikan sesuatu kepadaku.
“Sudahlah nak, Ibu sudah tenang dialam sana, Ibu ada di surga sekarang. Kamu jangan terus menangis, Kikan gamau kan Ibu sedih disana karna melihat Kikan nangis?” kata Ayah sambil mengelus rambutku. Aku hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum kepada Ayah.
***
Tepat tanggal 29 Maret, hari ini umurku genap 17 tahun. Aku telah lulus dari bangku Sekolah Menengah Atas atau biasa disebut (SMA), aku lulus dengan jurusan IPA. Sekarang aku harus bisa kuliah sambil bekerja untuk diriku sendiri dan Ayah. Aku tidak mau kalau harus menyusahkan Ayah terus.  17 tahun sudah kita lewati hidup tanpa ibu untukku dan seorang pasangan pendamping untuk ayah. Menurut kami, itu bukan hal yang sangat mudah untuk hidup tanpanya, tapi aku dan Ayah selalu berusaha bangkit dari kesedihan. Ayah memang pernah bercerita padaku, katanya Ayah tidak mau mencari perempuan lain hingga akhir hidupnya, ia ingin menjadi pria yang setia untuk istrinya. Ayah memang pria yang setia. “You’re my superhuman!” kataku sambil mengacungkan jempol padanya saat itu.
Tanggal tersebut adalah hari bahagia untukku. Ayah bilang padaku ia telah menyiapkan surprise untukku. Kali ini hadiah yang ia berikan tidak berbentuk uang, hadiah yang tidak bisa dibeli harganya, pokoknya hadiah yang sangat special. Aku sangat penasaran dengan apa yang akan Ayah berikan padaku. Aku suka hari itu. Ternyata hadiah yang sudah kutunggu-tunggu itu benar-benar tidak bisa dibeli harganya, aku dibolehkan untuk meneruskan sekolahku di Inggris!!! Aaaaa aku sangat senang mendengar kabar itu. Karna sudah dari SMP aku bilang pada Ayah, kalau kuliah nanti aku mau meneruskan sekolahku di Inggris dan aku ingin bekerja juga disana. Sekarang waktunya, aku telah mendapatkan kebahagianku dihari yang special ini.
Kebetulan akhir-akhir ini Ayah memang mendapatkan program kerja disana atas nama Perusahaannya, dan itu sudah di kontrak dalam beberapa tahun kedepan. Jadi, aku bisa tinggal disana dengan Ayah. Kalau aku bisa mendapatkan beasiswa disana aku juga bisa masuk kelas aksel, kalau di Jakarta kelas itu adalah kelas yang bisa dibilang anak-anaknya mempunyai IQ diatas 120, sekolah yang hanya dalam 3 tahun sudah bisa mendapatkan gelar SI.
Ayah dan aku harus pergi kesana pada bulan April, kami sudah memesan tiket pesawat dan semua passport yang harus dilengkapi. Kami sudah siap hidup disana untuk beberapa tahun kedepan, aku sangaaatttt senang. Mba Imah sudah aku anggap seperti saudara sendiri, sampai-sampai Ayah dan aku mempercayai nya untuk menjaga rumah di Jakarta, dan ia dengan senang hati menolong kami untuk beberapa tahun mendatang.
Tepat awal bulan April, Ayah dan aku harus berangkat ke Inggris untuk memulai sekolahku yang baru, karirku disana dan karir Ayah untuk kehidupan yang lebih indah. Kami meluncur dari Jakarta sampai ke Inggris pukul 5 sore hari. Siang hari, aku dan Ayah ingin mengunjungi makam Ibu. Baru kali ini dan pertama kalinya aku pergi ke makam Ibu. Aku melihat makam Ibu sangat terawat, ternyata sudah ada yang merawat makam Ibu sampai saat ini. Entah kenapa mataku meneteskan air mata mendalam saat aku duduk dan berdo’a untuknya, saat itu aku meminta maaf padanya karna aku sudah membuat hidupnya berakhir. “Aku menyesal kenapa harus dilahirkan didunia ini kalau harus membuat ibu seperti ini.” Ucapku dalam hati. “Kita harus segera pulang! Ibu sudah tersenyum bahagia disana karna sudah melihat anaknya sukses kelak nanti.” Kata Ayah. Aku segera mengikuti nasihat Ayah.
***
Sore itu, kami berangkat ke Bandara Soekarno Hatta. Diantar oleh mba Imah dan supir Ayah di kantor. Hanya 3 jam perjalanan untuk sampai ke Inggris. 3 jam berlalu, kami sudah sampai di Negara impianku tepatnya dikota London.
“Hmmm…...” Pertama kalinya aku menghirup udara segar di Negara lain. Hari ini aku dan Ayah mempunyai tujuan untuk daftar ke Universitas yang sudah lama ku inginkan. Universitas itu bernama “Durham University” aku melihat suasana baru disana, suasana yang sangat berbeda dengan di Jakarta. Ayah menyerahkan semua berkas- berkas sekolahku dari SMP hingga SMA. Setelah dilihat- lihat oleh kepala Universitas ternyata aku masuk dalam seleksi khusus, aku direkomendasikan untuk mengikuti seleksi akademik dengan jalur khusus ini. Kalau aku bisa mencapai nilai rata-rata 9,0 aku akan langsung mendapat beasiswa di Universitas ini. Menurutku ini adalah kesempatan berharga, hanya dengan bermodalkan ijazahku yang selalu mendapat rata-rata 8,5 aku sudah bisa mendapatkan peluang emas ini.
Hari esokknya, aku diantar Ayah untuk berangkat seleksi akademik di kampus yang kemarin kudatangi. Tanganku gemetar, bulu kudukku sudah berdiri sebelum aku masuk kedalam ruangan. Rasanya seperti saat aku menaiki ayunan yang sangat tinggi lalu di ombang-ambing sampai setinggi mungkin, dan ayunan tersebut akan dijatuhkan apabila aku mengecewakan Ayah saat ini. “Ayah yakin kamu bisa, ayo semangat anak Ayah yang cantik ini!!!” katanya sambil menyemangatiku. Aku sudah siap didalam ruangan untuk mengerjakan soal-soal yang sudah lapar dihadapanku. 2 jam berlalu, seleksi itu telah selesai pengumuman akan diumumkan seperempat jam setelah ini. Aku terus menunggu dan menunggu di lorong kampus itu sambil melihat-lihat bagaimana keadaan di kampus ini. Seperempat jam berlalu, banyak anak-anak yang sebelumnya ikut seleksi denganku sudah memenuhi madding di depan ruang dosen. Banyak anak yang menangis karna gembiraan dan banyak juga yang menangis karna kesedihan. Karna aku sudah tidak sabar untuk melihatnya aku menyelak masuk kedalam kerumuhan orang banyak tersebut. Ternyata aku melihat namaku tercantum dalam selembar kertas putih yang ditempel. Aku sangat gembira ketika melihat pengumuman tersebut. Sayangnya disini tidak ada Ayah, jadi Ayah tidak bisa melihat langsung namaku yang terpampang nyata dikertas putih. Tetapi aku harus segera pulang dan pergi ke kantor Ayah untuk memberitahunya. Saat Ayah mengetahui semuanya, Ayah langsung mencubit pipi chubby ku dengan gemas. Sepertinya ia memang terlihat sangat bangga terhadapku.
Seminggu berlalu, hari ini adalah hari pertama aku duduk dibangku kuliah. Aku mengambil jurusan Sastra Bahasa. Dosenku pertamaku bernama Ms. Heather, ia sangat baik terhadapku ia selalu memperlakukan muridnya dengan sopan. Saat itu, ms. Heather sudah mengenali namaku dan ia menyuruhku untuk memperkenalkan diri di depan teman-temanku. “Come on Kikan, lets introduce yourself!” katanya padaku. ‘Hmm okey, be yourself Kikan!’ sautku dalam hati.
“Hello friends, my name’s Kikan. I’m come from Indonesian, I was a new student here nice too meet you.” Saat aku memperkenalkan diri saat itu juga aku di tertawakan oleh teman-teman baruku, mereka bilang orang-orang Indonesia itu sangat munafik terlebih lagi Indonesia masih bisa dibilang Negara berkembang. Aku sangat sedih, tetapi ada beberapa anak yang tidak berpikir seperti itu. Malah ada anak yang ingin mengajakku berteman, dia bernama Diego. Anaknya sangat baik ia pendiam, kulihat dan kuperhatikan ia bukan orang asli dari Inggris. Matanya yang berwarna hitam pekat tidak mempercayaiku kalau ia adalah orang Inggris. Tetapi aia sangat mirip seperti orang-orang disini, rambutnya yang coklat kehitaman, kulitnya yang putih. Kalau di perhatikan dia mirip seperti justin bieber. “Why do you want to be friends with me? While others do not like me.” Tanyaku heran. Tetapi dia tidak menjawab pertanyaanku ia malah asyik melanjutkan catatan yang diberikan oleh ms. Heather. Posisi belajarku berdekatan dengannya, aku sangat malu karna pikirku hanya akulah mahasiswi baru di Universitas ini. Mata kuliah hari ini telah usai, kami pun segera pulang.
***
Saat di rumah, Ayahku terlihat sangat sibuk. Tentu saja aku jadi penasaran. “Ayah sedang mencari apa?” tanyaku heran. “Ayah sedang mencari berkas kantor Ayah yang hilang, Ayah lupa meletakannya dimana.” Jawabnya bingung. “Sudahlah itu urusan Ayah, kalau aku membantunya aku takut malah membuatnya terganggu.” Pikirku.
Malam hari, aku dan Ayah berbincang didepan perapian sambil minum teh hangat buatanku. “Kikan…” serunya lembut. “Iya Ayah, ada apa?” tanyaku heran. Kudengar panggilannya seperti sangatlah penting dan serius. Sambil aku menikmati secangkir teh hangat Ayah meneruskan kata-katanya yang tadi terpotong olehku. “Iya Kikan, Ayah mau membicarakan sesuatu padamu. Kantor Ayah sedang kekurangan pegawai, apakah Kikan mau bantu Ayah dikantor untuk menggantikan posisi pegawai tersebut?” katanya dengan penuh harap. Pikirku ini adalah kesempatan emas. Kebetulan aku kesini tidak hanya untuk melanjutkan sekolahku, tetapi aku juga mau memulai awal karirku di Negera ini. Aku juga bisa membantu Ayah setiap hari dikantor. Tetapi aku bekerja dengannya hanya setiap hari Jum’at sampai Minggu, karna hari Senin hingga Kamis aku harus tetap kuliah. Tanpa berpikir panjang, aku langsung menjawab “IYA, iya Ayah aku mau membantumu.” Jawabku dengan yakin. Ayah sangat berterimakasih atas pertolongan dan kebaikan hatiku. Aku tidak pernah merasa tinggi hati setiap kali Ayah selalu memujiku, malah sering aku merasa harus melakukan yang lebih baik lagi untuk membahagiakan Ayah. Apapun akan kulakukan untuk Ayah, karna aku hanya mempunyai Ayah yang sangat aku sayang saat ini.
Seperti kemarin, hari ini pukul 10 pagi aku harus berangkat ke kampus. “Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin!” harapku dalam hati. Ternyata tidak sesuai harapanku, baru datang saja aku sudah berseluncur bebas alias terpeleset didepan lorong kampus. Orang-orang yang sedang lewat berjalan melihatiku sambil tertawa, aku sangat malu saat itu. Dengan berusaha aku mencoba berdiri, bajuku kotor dan basah. Aku segera pergi ke toilet untuk membersihkan bajuku yang kotor ini. “Masih pagi saja aku sudah tertimpa sial, dasar bodoh!” ujarku dalam hati.
Sesampainya dikelas, “excusme sir?” sapaku dengan lembut. Aku langsung dipersilahkan duduk oleh dosen yang sedang mengajar dikelas itu, untung saja dosen itu baik hati atau mungkin karna aku mahasiswa baru jadi ia belum terlalu mengenalku dan aku tidak harus mengeluarkan jurus 1001 alasanku yang handal.
“Kenapa kamu telat?” saut diego. “Hah? What? You can speak Indonesian?” tanyaku terkejut. “apa aku salah dengar ya? Masa iya Diego bisa ngomong bahasa Indonesia sama aku. Ah mungkin ini hanya alusinasiku saja.”  Tanyaku dalam hati. Aku sangat kaget mengapa Diego bisa berbahasa Indonesia, padahal ia bukan orang Indonesia. Kelihatannya juga ia sudah tinggal lama disini. Lagi lagi pertanyaanku tidak dijawab olehnya. Ini yang sangat membuatku penasaran, ia adalah cowok misterius yang pernah aku temui. Sampai berlalunya mata kuliah pertama, aku masih memikirkan tentang Diego tadi. Mau menanyakannya kembali tapi aku takut, aku malu kalau pertanyaan ku tidak dijawab lagi olehnya. Mau di bawa kemana wajahku ini, kalau pertayaanku diacuhkan lagi olehnya.
Semua mata kuliah hari ini pun telah usai, aku sudah menghubungi Ayah kalau hari ini aku pulang telat karna ada jam extra disetiap hari Rabu. Dengar-dengar sih dosen yang mengajarkan jam extra ini sangat galak, sangat tertib akan peraturan dan sangat disiplin. “Tapi aku kan beum pernah ketemu dosen ini, aku harap sih dosennya baik.” Ujarku dalam hati. Beberapa lama kemudian, kami semua sudah masuk jam pelajarannya. Dosen yang selama ini teman-temanku bilang ia sangat menyeramkan, ternyata………tidak sependapat denganku.

***
#to be continue#

Saturday, April 14, 2012

Kasih Sayang Seorang IBU


Kasih Sayang Seorang IBU

Alkisah disebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, ia hidup berdua dengan anak satu-satunya. suaminya sudah lama meninggal karena sakit, sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk, yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam, dan banyak lagi.

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: "Tuhan tolong..sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi, aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati." Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya.

Suatu hari ia kembali mencuri dirumah penduduk desa, namun malang ia tertangkap kemudian ia dibawa ke hadapan Raja untuk diadili dan dijatuhi hukuman pancung. Pengumuman itu diumumkan keseluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu, ia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan, "Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya."
Dengan tertatih-tatih ia mendatangi Raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan, tetapi keputusan sudah bulat, anaknya harus menjalani hukuman.

Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya ia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan dan dalam mimpinya ia bertemu dengan Tuhan.
Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan rakyat berbondong-bondong menyaksikan hukuman tersebut. Sang Algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya.

Terbayang dimatanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya. Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang padahal sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang.
Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi ia menarik tali lonceng, tetapi suara dentangnya tidak ada.
Saat mereka semua sedang bingung, tiba-tiba dari tali lonceng itu mengalir darah, darah itu berasal dari atas tempat dimana lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar-debar, seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik keatas menyelidiki sumber darah.

Tahukah anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui seorang ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah ia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng itu tidak berbunyi, dan sebagai gantinya kepalanya yang terbentur di dinding lonceng.

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata sementara si anak meraung-raung memeluk tubuh ibunya yang sudah hancur setelah dturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelum  hukuman itu, si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng sambil memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.



"Sadarkah anda.. dimanapun, kapanpun, sampai saat apapun IBU selalu menyayangi anaknya."



Wednesday, March 7, 2012

Its My First Love ♥

Everyone can see
There's a change in me
They all say I'm not the same
Kid I use to be

Don't go out and play
I just dream all day
They don't know what's wrong with me
And I'm too shy to say

It's my first love
What I'm dreaming on
When I go to bed
When I lay my head upon my pillow
Don't know what to do

My first love
He thinks that I'm too young
He doesn't even know
Wish that I could tell him what I'm feeling
'cause I'm feeling my first love

Mirror on the wall
Does he care at all
Does he ever notice me
Does he ever found

Tell me teddy bear
My love is so unfair
Will I ever found away
An answer to my pray
For my first love...